Ratusan Warga Geruduk Batalyon Armed, Bawa Korban Tewas Akibat Penyerangan Puluhan Oknum TNI di Deli Serdang

banner 468x60

MEDAN – Ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang yang kampungnya diserang sekelompok personel TNI pada Jumat malam hingga Sabtu dinihari menggeruduk Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan.

Mereka membawa mayat Raden Barus (60) korban dugaan penganiayaan yang dilakukan personel TNI dengan kondisi kepala luka dan perut diduga kena tusuk senjata tajam.

Pantauan di lokasi, awalnya warga berkumpul di rumah duka korban di Dusun IV, Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang sejak pagi menunggu jenazah korban tiba seusai diautopsi.

Setibanya mobil ambulans, warga langsung bergerak beramai-ramai membawa mobil ambulans berisi mayat korban ke Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan yang berjarak sekitar 2 Kilometer.

Mobil ambulans dikemudikan sopir dan diisi keluarga melaju pelan-pelan, diikuti warga yang berjalan kaki juga menaiki sepeda motor dari belakang.

Sambil berjalan menuju Armed, warga terus berteriak menuntut keadilan.

Di tengah perjalanan, situasi sempat memanas karena mereka sempat dihalang-halangi personel TNI berseragam lengkap hingga mobil ambulans mogok.

Tak mau menyerah, masyarakat akhirnya melanjutkan perjalanan dengan cara mendorong mobil beramai-ramai.

Kurang lebih 200 meter sebelum tiba di gerbang Batalyon Armed, 2 truk pengangkut personel TNI keluar dari Batalyon dengan kecepatan tinggi hingga nyaris menabrak masyarakat.

Diduga, mobil ini akan menghalau masyarakat yang semakin dekat ke Batalyon karena dikabarkan Pangdam I Bukit Barisan Letjen Mochammad Hasan berada di dalam.

Namun dua truk tadi memutar balik dan menutup jalan kurang lebih 50 meter dari gerbang Batalyon untuk menghalau massa masuk.

Setibanya di depan Armed situasi sempat memanas karena warga berusaha masuk ke dalam menemui petinggi Batalyon.

Salah satu warga, Herna mengatakan Raden Barus merupakan korban kekejaman personel TNI.

Ia menyebut, aparat negara itu beramai-ramai membantai pria 60 tahun tanpa belas kasih.

Kedatangan mereka ke Batalyon menuntut keadilan tewasnya Raden Barus diduga akibat digebuki dan ditusuk.

“Ke sini nuntut keadilan. Dia pelindung kenapa dia pembunuh,”kata Herna, dijumpai di depan Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan, Sabtu (9/11/2024).

Herna mengungkapkan sejauh ini korban tewas akibat penyerangan ini baru satu orang.

Ada belasan korban luka tapi dikabarkan hanya tujuh orang yang luka parah.

Dari tujuh orang itu, satu diantaranya tangannya hampir putus akibat ditebas.

Diperkirakan Herna, saat kejadian Jumat malam sekitar pukul 22:30 WIB hingga Sabtu dinihari ada 100 lebih personel TNI berseragam preman dan berseragam lengkap menyerbu kampungnya.

Mereka datang membantai warga tak peduli muda, tua maupun orang yang melintas..

Bahkan mereka nekat mendobrak pintu rumah warga lalu menyeret dan menghajarnya.

“Rata-rata 1 kompi, 2 kali orang ini datang. Pertama ada 100 orang, baru kedua kalinya satu kompi orang ini datang,”ungkapnya.”

“Kami gak tahu masalahnya apa, gak ada kami bermusuhan sama Armed ini. Setahu kami satu kampung sibiru-biru ini kami tidak bermusuhan dengan Armed,” katanya.

Atas kejadian ini, warga Kecamatan Sibiru-biru meminta Pangdam I Bukit Barisan Letjen Mochammad Hasan mengungkap siapa saja pelakunya dan memecat mereka dari TNI.

“Itu kan pemburu bukan pelindung, pecat saja.”

Sebelumnya, seorang korban penganiayaan, Rofikar Sanjaya Tarigan, 18 tahun mengatakan, kejadian begitu mencekam.

Saat itu dirinya baru keluar rumah hendak membeli rokok tiba-tiba melihat segerombolan orang datang ke kampungnya.

Melihat situasi memanas karena gerombolan pria berambut cepak membawa senjata tajam berbagai jenis ia melarikan diri ke rumah neneknya.

Rupanya, dia dikejar sekitar puluhan orang hingga merangsek masuk ke rumah neneknya.

Awalnya, orang tak dikenal itu menanyakan keberadaan yang disebut adiknya dan Rofikar mengaku tak mengetahui orang yang disebut.

Ternyata, puluhan orang mendobrak pintu dan langsung menyeretnya keluar dari rumah dan menghajar nya.

Katanya, ia dipukuli menggunakan berbagai jenis benda tumpul.

“Saya keluar dari rumah mau membeli rokok, rupanya melihat keramaian masuk ke gang atau perkampungan. Setelah itu saya lari ke rumah nenek saya,”ungkapnya.

“Di situ pintu didobrak dan mereka menanyakan keberadaan Andre Ginting. Setelah itu saya buka pintu, saya diseret keluar dan saya dipukuli,”sambungnya.

Setelah diseret dan dipukuli, pria berusia 18 tahun ini dibawa ke Batalyon Artileri Medan Armed 2/105 Kilap Sumagan.

Di sini dia diperlakukan seperti penjahat.

Akibat kejadian ini, satu korban meninggal dunia dan belasan warga dikabarkan luka-luka.

“Saya mengalami luka kepala bocor, punggung dan tangan memar dihantam pakai pistol.”

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *